Saturday, September 5, 2015

BAHAYA TERSEMBUNYI DARI KULIAH BACHELOR DI JERMAN! (Kualitas Agen Study dan Siswa)




(Sumber : http://www.adweek.com/socialtimes/fi...rmany-flag.jpg)


Quote:Jerman!! Yaaaa.. Jerman adalah negara yang akhir-akhir ini sedang hot-hotnya menjadi tujuan studi bagi para pelajar dari Indonesia, terutama bagi mereka yang akan mengambil S1 / Bachelor yang jumlahnya tiap tahun meningkat drastis (sumber : DAAD Jakarta). Yang menyebabkan hal ini adalah kualitas pendidikan di Jerman yang sangat bagus dan merata (Jerman adalah negara dengan jumlah publikasi ilmiah dan paten terbanyak nomer 2 di dunia setelah Amerika Serikat), ditambah lagi dengan tidak adanya uang kuliah (alias gratis) yang diterapkan pemerintah Jerman mulai tahun 2014 di seluruh sekolah dan universitas negeri. Yaa jadi bagi siapa yang kuliah disini hanya perlu mempersiapan biaya hidup yang besarnya relatif tergantung dari di wilayah jerman mana kita tinggal dan gaya hidup kita. Daya tarik utama itu masih ditambah lagi dengan dengan tren orang tua kelas menengah ke atas (baca : berduit) yang ingin agar anaknya kuliah di Jerman, dan juga kecenderungan dari anak muda di Indonesia yang suka ikut-ikutan teman dan mudah terpengaruh oleh informasi manis (hanya yang manis-manis saja) tentang kuliah di Jerman.

Nah dari paragraf di atas-lah semua masalah bermula. Hal ini dikarenakan setiap yang ingin kuliah di Jerman pasti membutuhkan informasi bagaimana cara kuliah, persiapan, pengurusan administrasi, akomodasi, hidup di Jerman dan lainnya. Disinilah akhirnya muncul yang dinamakan agen study. Yang awalnya beberapa tahun yang lalu jumlahnya masih sedikit namun sekarang sangat menjamur dan jumlahnya sangat banyak sekali. Dari hasil pengamatan saya, hal ini membuat agen-agen tersebut berusaha mendapatkan murid sebanyak-banyaknya dan tak lagi memperdulikan kemampuan akademik dan kesiapan mental murid, yang penting mereka mendapatkan uang yang pastinya jumlahnya banyak. Berdasarkan interview pada beberapa pengguna jasa agen, jasa agen termurah saat ini sekitar 60 juta dan yang paling mahal bisa ratusan juta.



(Sumber : http://www.studying-in-germany.org/w...7728126383.jpg)


Dan dari uang yang dibayarkan tersebut, biasanya siswa mendapat fasilitas konsultasi-bimbingan, les bahasa Jerman (Deutsch) yang biasanya sampai B1 kombinasi di Indonesia dan Jerman, pengurusan dokumen yang dibutuhkan untuk sekolah di Jerman (termasuk pengurusan visa dan legalisir-translate), tiket pesawat berangkat, betreuer (pembimbing) selama awal masa di Jerman, membuka akun bank, tempat tinggal dan biaya hidup selama 1 bulan pertama di Jerman, dan pendaftaran Studienkoklleg (minimum 10 aplikasi dan termasuk pembukaan akun uni-assist). Dari fasilitas yang ditawarkan agen pada murid memang tampak sangat oke sekali, namun masalahnya adalah sekali lagi ‘kualitasnya’. Biasanya untuk agen-agen jelek yang sangat kentara adalah masalah kursus bahasa, apalagi agen yang hanya memberikan kursus bahasa privat, menggunakan bimbel sendiri, atau bekerjasama dengan bimbel orang lain, yang tentunya secara kurikulum, metode dan kualitasnya kurang. Seakan-akan agen yang jelek ini enggan memberikan kursus bahasa yang berkualitas atau katakanlah mau ‘melempar’ muridnya ke lembaga kursus bahasa yang berkompeten atau sudah terpercaya seperti Goethe Institut (GI). Saya tidak bermaksud promosi dan saya tidak berafiliasi apapun dengan GI, ini hanya berdasarkan pengalaman saya dan teman-teman (yang serius les) yang pernah les di GI. Dalam opini saya, jelas ini motif utamanya adalah penghematan biaya yang dikeluarkan. Bisa ditebak, banyak sekali murid yang keteteran dan gagal ketika harus ujian setifikat bahasa di Goethe Institut sebagai persyaratan mutlak (serifikat bahasa yang diakui dari lembaga kursus di Indonesia hanya Goethe Institut). Bahkan jalan pintas-pun banyak ditempuh, bimbel pribadi mereka pun biasanya memberikan serifikat bahasa Jerman dengan nilai cukup wah tapi secara kenyataan tingkat kebisaan dan pemahaman akan bahasa Jermannya sangat di bawah standar. Celakanya sertifikat dari bimbel pribadi itu memang bisa untuk pengurusan visa, entah mengapa banyak yang lulus visa dengan menggunakan sertifikat bahasa seperti ini, mungkin pihak kedutaan besar Jerman perlu mengkaji masalah ini agar tercapai standar mutu bahasa Jerman yang bagus bagi calon pelajar yang hendak sekolah di Jerman.



(Sumber : http://www.gbbasel.ch/unterricht/fae...pg/image_large)


Disamping itu dari pengamatan saya, ketika mereka sampai di Jerman dapat dipastikan akan sangat kesulitan dalam berkomunikasi dengan native speaker, bahkan yang notabene untuk komunikasi sehari-hari. Dan mayoritas dari mereka ketika test penempatan untuk mengambil kursus bahasa di Jerman lanjutan disini hasilnya harus mengulang dari level yang lebih rendah. Hal ini tentu saja sangat menyedihkan dan memalukan jika melihat bagaimana bimbel pribadi yang bekerjasama dengan agen bisa mengeluarkan sertifikat kemampuan bahasa yang tidak berstandar baku yang baik. Siswa tentu saja akan mengalami kerugian waktu dan biaya disini. Seperti pengalaman dari salah seorang pengguna jasa agen yang saya temui, dia tidak lulus test A-1 (2 kali test) di GI untuk mendapatkan Goethe sertifikat A-1, namun anehnya dia bisa dapat serifikat B-2 (lulus) dari agennya. Nah bisa dibayangkan bagaimana bertolak belakangnya kualitas sesungguhnya dan hasil yang dia dapat, akhirnya ya jelas saja ketika disini dia sangat susah untuk berkomunikasi dalam bahasa tulisan sekalipun, apalagi untuk mendengar dan berbicara.

Nah kemudian muncul pertanyaan dari saya, apakah tidak ada regulasi terutama dari pemerintah Indonesia dan Jerman (mungkin diwakili oleh kedubes Jerman di Indonesia) yang mengatur tentang agen-agen study dan penyedia kursus bahasa ini? Akhirnya saya bertanya kepada beberapa sumber terpercaya dan saya dapati bahwa fungsi pengawasan dan seleksi masih sangat lemah dalam hal ini, termasuk ketika proses pengajuan visa study kepada kedubes Jerman. Seakan mereka tidak melakukan cek dan seleksi pada sertifikat bahasa yang cukup aneh ini, mungkin mereka hanya melihat “ohhh…ini ada sertifikatnya”, tanpa memvalidasi dengan mengecek kredibilitas agen, kursus bahasa, ataupun kemampuan bahasa si pendaftar visa. Peran pemerintah Indonesia sampai saat ini saya rasa masih minim dalam menyikapi hal-hal seperti ini, yaa kurang lebih sama dengan yang baru saya jelaskan. Namun yang harus dicatat adalah usaha pemerintah Indonesia yang memperjuangkan agar lulusan SMA di Indonesia dapat langsung kuliah S-1 di Jerman tanpa Studienkolleg (semacam sekolah persiapan masuk Universitas) akan berat jika kita melihat fakta yang terjadi di lapangan seperti ini.



KLIK SPOILER BERIKUT INI GAN...PENTING!!

Spoiler for Bagaimana cara menanggulangi masalah ini?

Quote:1. Sosialisasi
Sosialisasi!! Ya benar!! Sosialisasi adalah hal utama yang harus gencar dilaksanakan di Indonesia terutama di sekolah-sekolah terutama SMA oleh aktivis yang perduli dengan masalah ini dibantu oleh pemerintah melalui dinas terkait. Mengingat hal ini menurut saya sudah semakin parah kondisinya, apalagi melihat gerak cepat agen-agen yang bergerilya mencari murid baru dengan masuk bahkan sosialisasi di sekolah-sekolah SMA. Saya tekankan ini bukan sebagai usaha untuk memojokkan atau mematikan semua agen, tapi adalah suatu usaha balancing dan proteksi terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya agen tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan keinginan, antusiasme dan mungkin uang dari murid yang ingin sekolah di Jerman. Tidak semua agen itu buruk, menurut saya jika memang itu agen bagus, sekalipun lebih mahal tidaklah mengapa asal kualitas dan jalan yang diberikan jelas dan berujung pada kesuksesan murid. Nah sebaliknya, jika agen yang tidak jelas berhasil memanfaatkan kondisi tersebut wahhh…jelas sekali ujung-ujungnya bagaimana seperti yang sudah saya utarakan di atas.



(Sumber : http://www.fkuii.org/files/2013-2014...osialisasi.JPG)



Quote:2. Peran orang tua
Nah ini juga penting!! Saya tidak bermaksud menggurui orang tua dimanapun, saya hanya ingin berbagi pengalaman pada mereka. Janganlah keinginan orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di Jerman sampai membuat buta. Harus dilihat dahulu bagaimana kemampuan si anak apakah kira-kira bisa survive hidup dan kuliah disini. Apakah si anak juga punya keinginan dan tekad yang kuat untuk kuliah di Jerman. Semua harus klop. Jangan sampai hanya karena keinginan orang tua kemudian mengirim anaknya ke Jerman melalui agen studi lalu setelah si anak sampai disini jadi stress, terutama bagi anak yang masih manja, terlebih kemampuan akademis dan mentalnya kurang.



(Source : http://image1.masterfile.com/em_w/02...-02153525w.jpg)



Quote:3. Peran siswa/murid
Nah murid ini juga penting, mereka harus bisa mengukur kesiapan dan kemampuannya, berwawasan luas dan jangan malas. Ingat bahwa agen-agen yang tidak bertanggung jawab mengincar kalian pada sisi tersebut jika kalian ingin kuliah di Jerman. Kemandirian adalah salah satu hal utama yang harus dimiliki untuk kuliah di Jerman, lihat saja karakter orang-orang Jerman yang sangat mandiri dan disiplin. Nah yang saya heran adalah melihat alasan mengapa agen ini dibutuhkan? Yak..alasan utamanya ya karena ketidakmandirian murid. Sebenarnya bagi kalian yang benar-benar tangguh, untuk kuliah disini itu kalian nggak butuh agen kok. Saya nggak asal ‘ngecap’, ada sepuluhan orang yang saya temui berhasil menembus studkol – kuliah di Jerman tanpa agen, dan justru mereka-mereka ini saya lihat lebih berhasil dan bagus lho daripada anak-anak agen terutama secara mental, kepribadian, semangat, daya juang, dan akademis. Mereka juga pada baru lulus SMA, tapi mereka bisa, jadi tidak ada alasan dong bagi kalian merasa nggak bisa. Kalau kalian merasa nggak bisa, berarti kembali lagi kalian mungkin tidak siap untuk hidup dan kuliah di Jerman. Nah ini saya ada tulisan dari teman saya tentang bagaimana langkah untuk melanjutkan studi di Jerman tanpa agen, yuk silahkan dibaca, dipahami, dan dipecahkan masalah-masalah kalian :

http://jermandes.kelasnusantara.com/...studienkolleg/
(Sumber : Daranindra, 2013)

Perbanyaklah mencari informasi secara mandiri, sekarang ini internet sudah menyediakan semua yang kita butuhkan. Dengan browsing, korespondensi dan sebagainya kalian dapat memperoleh info yang kalian butuhkan. Dan jangan lupa, di Indonesia juga ada perwakilan DAAD (Deutsche Akademischer Austauschdienst / German Akademic Exchange Service) kalian dapat juga bertanya, korenpondensi, dan memperoleh informasi dari mereka baik melalui web ataupun kontak secara langsung (cek web www.daadjkt.org).


(Sumber : http://cahunnes.com/wp-content/uploa...-lulus-un-.jpg)



KLIK SPOILER BERIKUT INI GAN...PENTING!!

Spoiler for Contoh-contoh kasus buruk yang terjadi :

Oke setelah bercerita tentang hal-hal di atas, mari saya tunjukkan kasus-kasus ekstrim yang terjadi jika calon mahasiswa berangkat kesini tanpa kesiapan yang matang.

Quote:1. Tidak mendapatkan studkol, habis uang banyak dan waktu.
Banyak sekali anak yang saya jumpai seolah-olah tujuan utamanya adalah berangkat ke Jerman, sudah itu saja titik!! Mereka tidak punya gambaran bagaimana setelah tiba disini, bagaimana agar diterima studkol, lulus studkol, improve bahasa, diterima uni, lulus uni, dst. Sekali lagi ini diperparah dengan kemampuan muridnya sendiri mungkin karena nilai raport dan UN-nya jelek, bahasanya kurang, kemampuan matematikanya menyedihkan (hayoo disini ketahuan yang selama sekolah nggak belajar beneran..hehehe). Ya akhirnya setelah mereka tiba disini akhirnya akan stuck nggak tau harus bagaimana lagi, nggak ada studkol yang menerima (nggak dapat undangan test atau dapat test tapi nggak lulus), dan akhirnya harus pulang ke Indonesia. Ada sih alternative lain masuk Studkol Privat, tapi secara pribadi saya nggak recommend selain karena biayanya mahal (kalau negri kan gratis) dan secara logika, murid akan kesusahan lagi nantinya untuk lulus. Sudah berapa biaya yang terbuang (pasti ratusan juta), waktu yang terbuang. Mending kuliah di Indonesia bukan??


(Source : http://www.maele.net/english/afzan/a...d%20stress.jpg)



Quote:2. Bingung 
Nah biasanya lagi, agen merasa sudah selesai menjalankan kewajibannya setelah murid tiba di Jerman setelah 1 bulan. Bayangkan saja jika lewat 1 bulan tapi kalian nggak tau lagi habis ini mau ngapain, bisa bingung deh ujung-ujungnya. Secara pribadi saya sering menyarankan untuk pulang saja kepada anak-anak bertipe seperti ini, karena saya merasa kasihan daripada habis uang banyak dan waktu, apalagi mereka kebanyakan masih muda baru lulus SMA. Jika tidak jelas disini, mending kuliah saja di Indonesia, lebih mulia uangnya dipakai daftar di universitas negeri di Indonesia meskipun masuknya lewat jalur PMDK mandiri sekalipun.


(Source : http://s341.photobucket.com/user/sha...11112.gif.html)



Quote:3. Stress
Nah ini fenomena lain yang terjadi, banyak anak yang stress disini. Karena stuck mau ngapain sudah nggak tau dan nggak bisa dan akhirnya stress. Mau maju nggak bisa, mau pulang kok malu rasanya. Begitulah kira-kira kondisi yang banyak dialami mereka-mereka yang terperangkap disini. Dan akan rawan terkena pengaruh negative seperti minum minuman beralkohol bahkan drugs..astagfirullah,, hati-hati!!


(Source : http://www.maele.net/english/afzan/a...d%20stress.jpg)


Quote:4. Kena deportasi
Nah ini kalau kalian disini nggak ada tujuan ya ujung-ujungnya terkena deportasi. Bisa memalukan nama pribadi, keluarga, negara dan bisa kena cekal. Jadi disini itu harus ada kegiatan yang dilakukan, kalo tidak ya deportasi jika visa telah habis dan tidak bisa diperpanjang.


(Sumber : http://www.euractiv.com/sites/defaul...?itok=qFCPxnuV)





Quote:Penutup :

Jadi begitulah yang dapat saya sampaikan, kepada siapapun yang membaca artikel ini saya mohon maaf jika ada salah-salah kata. Saya tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun, saya hanya merasa terpanggil untuk menanggulangi fenomena ini dan memproteksi agar hal-hal buruk yang selama ini terjadi untuk tidak terjadi lagi bahkan semakin parah. Sekali lagi ini adalah berdasarkan sudut pandang, opini, hasil diskusi dengan pihak-pihak terkait, sesepuh dan para stakeholder pendidikan di Jerman. Saya berharap agar siapapun yang berniat untuk sekolah S-1 di Jerman agar benar-benar mempersiapkan diri baik dari sisi akademis maupun mental karena hidup dan sekolah disini mungkin tidak semudah yang dibayangkan, baik dari segi kultur budaya, cuaca, bahasa dan terutama kurikulum pendidikan. Semoga kita semua berhasil dalam masa studi kita di Jerman, terima kasih, wassalamualaikum wr. wb.

"Jika ada yang mengajukan kritik yang membangun atau ingin berdiskusi, bertanya, silahkan PM saya."


* Penulis adalah seorang pelajar di Leipzig yang sangat prihatin dengan tren agen yang kurang bertanggung jawab, hanya mementingkan uang, dan tidak benar-benar menseleksi dan mempersiapkan peserta didiknya.
Sumur

No comments:

Post a Comment

Manfaat & Peran PMS Bagi Suatu Perusahaan

Hola gan, bre, sist, nes, dan ho.. Apa kabar semuanya.. Semoga baik-baik aja ya.. To d'point aja ya gan. Tadi malam ane ngebuat trit ten...