Monday, November 11, 2013

Asal Usul Kue Tete



Blackberry Gemini udah gak jaman, kita ketemu lagi wahai teman-teman.

Kali ini, Asal-Usul akan membahas tentang sebuah fenomena di masyarakat yang sudah cukup lama terjadi dan sangat digandrungi masyarakat. Yaitu fenomena tentang kehadiran sebuah makanan yang entah darimana asalnya dan bagaimana kemunculannya tetapi bisa mewabah ke mana-mana, mulai dari menara-menara pencakar langit berhiaskan lightning rod hingga ke pelosok-pelosok gang yang setiap mau masuk ke dalamnya harus mengucap kata permisi dulu.

Yang pasti, kue ini pas banget buat nemenin kamu di kala cuaca dingin dan hujan seperti sekarang ini.

Makanan itu bernama:
K u e   T e t e
 
Daripada ngeri dengerin suara petir, mending ngemut ujung kue tete.
 
Sebenarnya, kami pada awalnya memilih untuk mengangkat kisah ini dikarenakan kami merasa perlu adanya sebuah klarifikasi akan kejadian yang bisa dikategorikan luar biasa ini. Sebab pertanyaan-pertanyaan harus diiringi dengan jawaban-jawaban, dan keresahan-keresahan harus dipertanggungjawabkan.

Masalahnya, dalam hal fenomena kue tete ini terpecah dua kubu dalam menyikapinya. Yaitu kubu yang menilai positif kehadiran kue tete (kita sebut teteers), dan kubu yang menganggap bahwa kehadiran kue tete membawa dampak negatif dalam masyarakat, khususnya bagi anak kecil (kita sebut anti-tete).

Para Teteers, termasuk di dalamnya adalah kaum seniman, dan orang-orang miskin kota. Kaum seniman menganggap kehadiran kue tete sebagai penting adanya karena menghapus tabu akan penyebutan kata “tete.” Mereka beranggapan bahwa tete adalah hal yang natural dan alami, dan ada di tubuh semua manusia, jadi janganlah malu-malu menyebutnya. Sedangkan orang-orang miskin kota senang dengan kehadiran kue tete karena harganya yang murah tetapi rasanya enak, tidak kalah dengan makanan-makanan mahal Eropa seperti escargot, dan kaviar.

Sebaliknya, orang-orang yang anti-tete, termasuk di antaranya adalah para agamawan. Menurut mereka, gara-gara kue tete, anak-anak kecil jadi pada ngomong jorok. Dan dikit-dikit minta tete.

“Pah, bagi duit dong.”
“Buat apa.”
“Buat beli tete.”

Astagfirullah...

Jadi, demi tercapainya perdamaian di muka bumi, dan supaya selisih-paham di antara kedua kubu yang bertikai pendapat tidak semakin melebar, menurut kami penting adanya untuk menghadirkan tulisan ini.

Marilah kita mulai ceritanya.

Alkisah, pada zaman dahulu kala di mana dunia sedang berada dalam kekacauan, hiduplah seorang pemuda yang sangat miskin. Saking miskinnya, pemuda tersebut bahkan tak punya teman. Padahal pemuda itu mempunyai garasi yang berisikan mobil-mobil mewah, dan rumah yang sangat megah. Lalu kenapa orang yang punya mobil mewah dan rumah megah bisa sampai disebut miskin? Jawabannya adalah, dia miskin hati.

Aih sedap... Kismin hati...

Pemuda itu bernama Acep Junaedi, seorang blasteran Latin-Sunda. Ayahnya berasal dari Venezuela, dan ibunya berasal dari Tasikmalaya. Junaedi berparas tampan, tubuhnya tinggi tegap seperti tentara tapi bukan, dan tubuhnya dihiasi tattoo hingga sepanjang kedua lengannya. Tampilannya dingin, dan tatapannya tajam, menimbulkan kesan angkuh bagi orang yang belum terlalu kenal dengan dirinya.

Entah memang sifat dasarnya atau apa, tapi si Junaedi ini orangnya sombongnya kebangetan. Sombongnya di atas rata-rata. Bahkan mungkin kalo ada turnamen sombong, hampir bisa dipastikan dia yang akan menang, empat kali berturut-turut. Dan kalau sombong diibaratkan dengan olahraga, bisa dipastikan juga kalo Junaedi pasti masuk timnas, jadi kapten, sekaligus MVP.

Pernah suatu hari ketika Junaedi sedang bersantai sendirian di rumahnya, dia merasa haus, tapi dia males ngambil aer. Akhirnya, dia langsung membuka lowongan pekerjaan di internet, untuk mencari orang yang mau bekerja ngambilin aer buat dia. Yah namanya juga internet, segala informasi cepat sekali tersiar. Akhirnya dapetlah dia orang yang mau ngambilin aer. Dipekerjakanlah orang tersebut. Buat ngambil aer sekali doang. Abis itu dipecat.

Luar biasa.

Karena kesombongannya itu, banyak orang yang membenci dan mengutuk dia. Hingga akhirnya pada suatu malam ketika dia sedang tidur dia mendapati dirinya mimpi buruk. Di mimpinya itu ada kakek-kakek tua berambut putih dan berbaju putih-putih, kakek itu berkata kepada Junaedi,

“Bong bong bing.. bong bong bing.. orang sombong ngomongnya sumbing..”

Junaedi pun kaget, lalu terbangun. Dan ketika bangun dia mencoba untuk ngomong sendiri, demi mengetahui apakah bicara dia akan seperti orang sumbing atau tidak. Maka berkatalah dia kepada dirinya sendiri:

“Hes.. Hes.. Hatu Hua Higa...”

*JLEGEEEER!* Tiba-tiba Junaedi merasa dirinya tersambar petir di siang bolong. Ternyata ucapan kakek tua di mimpinya menjadi kenyataan. Dia yang bermaksud mengucap tes tes satu dua tiga, malah terdengar menjadi hes hes hatu hua higa.

Karena ngomongnya kayak orang sumbing itulah, Junaedi mulai menarik diri dari lingkungan sosial. Dia merasa malu. Junaedi pun melakukan puasa bicara, dia bersumpah kalau dia tidak akan bicara sampai ngomongnya kembali ke keadaan semula, sampai dia bisa berbicara dengan jelas.

Di tengah kesendiriannya karena menutup diri dari lingkungan luar, Junaedi memilih untuk menghabiskan waktunya dengan hobi baru, yaitu: memasak. Segala macam masakan dia coba buat sendiri, segala yang bisa dimasukkan ke mulut dan mengenyangkan perut dia pelajari dengan sungguh-sungguh sampai dia bisa membuatnya sendiri.

Saking sibuknya dengan dunia masak memasak, Junaedi pun semakin tidak peduli dengan dunia luar, dia tenggelam dalam kesendiriannya. Hanya kuali, panci, dan centong sayur yang menjadi teman sehari-hari. Waktu pun berlalu, dan tak terasa sudah bertahun-tahun terlewatkan. Junaedi pun semakin mahir memasak, tak ada masakan yang dibuatnya yang rasanya tidak enak. Perlahan demi perlahan Junaedi berubah menjadi maestro masak, hanya saja  belum ada orang yang tahu.

Suatu hari ketika Junaedi sedang di supermarket untuk membeli bahan-bahan memasaknya, secara tidak sengaja dia bertabrakan dengan seorang wanita yang sama-sama sedang belanja. Junaedi yang sedang puasa bicara, hanya mendengus kesal sambil melihat ke arah si wanita tersebut. Dan si wanita pun hanya bisa menundukkan kepalanya lalu memanggil monster elang untuk menjemputnya.

Rupa-rupanya, sang wanita itu adalah seorang produser sebuah stasiun televisi ternama di Indonesia –yang menyiarkan sinetron naga dan elang–, dia bernama Mona, nama panjangnya adalah Monumen Nasional. Dan kebetulan, si Mona ini ternyata sedang mencari talent untuk sebuah program acara reality show masak. Dan sosok yang dia sedang cari, yang ada dalam bayangan dia untuk mengisi peran tersebut, adalah sosok yang sama persis dengan si Junaedi yang tidak sengaja dia tabrak tadi.

Maka Junaedi yang sedang berjalan menuju parkiran pun segera dihampiri oleh Mona.

“Bang, bang.. berhenti bang.. tunggu dulu bang..,” kata Mona setengah berteriak dan sambil berlari kecil mengejar Junaedi.

Dengan tenang dan keren, Junaedi menoleh sejenak lalu melihat ke arah Mona. Lalu meneruskan berjalan.

Mona tidak peduli, dia tetap menghampiri Junaedi.

“Bang, maaf bang sebelumnya, kenalin saya Mona, seorang produser televisi di Indonesia... Nah, saya...”. 
Tiba-tiba Junaedi memotong ucapan Mona, lalu menaruh telunjuknya dengan perlahan di mulut Mona.

Mona pun berdiri kaku, dan terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. Kemudian dengan dingin Junaedi mengeluarkan kartu nama dari sakunya, memberikannya kepada Mona. Lalu berlalu begitu saja. Tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.

Begitulah awal mula perkenalan mereka. Dan siapa sangka, dari pertemuan singkat itu akan berlanjut menuju terciptanya sejarah baru yang diakui dunia luas.

Singkat kata, berbekal informasi yang dia dapatkan dari kartu nama. Mona pun mulai berhubungan dengan Junaedi, semua dilakukan via email, tanpa ada pertemuan dan tanpa ada obrolan sama sekali di antara keduanya.

Dan singkat cerita, Junaedi pun menyetujui tawaran dari Mona untuk menjadi talent utama acara masak yang bernama “Master Cep.” Mona pun membuatkan nama panggung untuk Junaedi pakai selama acara reality show masak tersebut berlangsung. Karena Mona beranggapan bahwa nama Acep Junaedi terlalu kampungan untuk dipakai, maka Mona pun mengubah nama Acep Junaedi menjadi Cep Juna.

Rupa-rupanya, Master Cep berhasil menjadi acara yang sangat digemari seluruh pemirsa di Indonesia. Dan seiring dengan tingginya rating Master Cep, maka nama Cep Juna pun ikut melambung. Dia menjadi sangat terkenal di mana-mana, terutama bagi kaum hawa, yang sangat mengidolai sosok Cep Juna karena ketampanan dan sikap dinginnya yang tidak pernah mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.

Seperti pepatah Jawa yang berbunyi witing tresno jalaran soko kulino, yang artinya cinta datang karena terbiasa. Maka seiring frekuensi pertemuan dan kedekatan mereka berdua, Mona pun lama-lama jatuh hati juga kepada Junaedi. Hampir setiap hari Mona bermain ke rumah Junaedi.

Junaedi pun menyambut uluran Mona, mereka berdua pun semakin lama semakin dekat. Setiap Mona datang, Junaedi selalu membuatkan masakan enak untuknya, dan bermacam kreasi makanan baru pun terus muncul karena terinspirasi oleh cinta Mona. Walaupun Mona sebenernya agak dongkol, karena Junaedi masih saja melakukan puasa bicara, padahal Mona sudah berkali-kali berkata bahwa dia menerima Junaedi apa adanya.

Suatu hari seperti biasa Mona berniat untuk menuju rumah Junaedi, sekalian menengok progress karya makanan baru yang konon sedang dipersiapkan oleh Junaedi untuk acara final Master Cep.

Sesampainya di sana, Mona menemui Junaedi sedang bermalasan di depan TV. Dan sepertinya dia sedang tidak mau diganggu. Akhirnya Mona pergi ke dapur, melihat-lihat kali aja ada yang bisa dimakan.  Lalu Mona pun menemukan sesosok makanan berwarna hijau di atas meja makan, Mona bingung, soalnya bentuk makanan itu buruk rupa dan sangat jelek. Tidak memancing selera untuk memakannya. Dan yang paling mengherankan, tidak pernah sebelumnya Junaedi membuat makanan yang bentuknya jelek begini.

Namun karena ya namanya juga cinta, dan karena Mona sudah yakin dengan kemampuan masak Junaedi, maka Mona pun percaya-percaya aja. Diambilnya makanan berwarna hijau itu untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Dan betapa terkejutnya Mona, ternyata makanan buruk rupa itu rasanya luar biasa enaknya.

Mona menganggap itu adalah makanan paling enak yang pernah dicobanya selama dia hidup, matanya pun sampai berkaca-kaca dan menitikkan air mata karena bahagia. Saking senangnya, Mona sampai lupa kalau Junaedi sang kekasih hati punya sumpah puasa bicara. Mona pun berteriak-teriak kegirangan.


“Sayaaang... sayaaaang.. ini makanan apaaaa? Kok enak banget ya ampuuuun....”

Junaedi tetap bergeming.

“Sayaaang.. ya ampuun ini enak banget lho asli deh.. apaan sih iniiii?”

Mona terus nyerocos tak henti. Junaedi tetap diam.

“Sayaaang.. ih diem aja deh ini enak banget pasti kalo dijual laku keras, sekeras batik, batik keras.”

Dan terus menerus bertubi-tubi cerocosan keluar dari mulut Mona, tak henti-henti. Hingga akhirnya kesabaran Junaedi habis. Maka untuk kali pertama sejak bertahun-tahun lamanya keluar lah kata-kata dari mulut dia.

“Hawel hu! Hulang hih! Hue hete!”

Junaedi berteriak, berkata dengan suara sengaunya. Kesal karena Mona bawel, lalu menyuruh dia pulang, karena sebenernya Junaedi lagi bete.

Eh dasar si Mona, namanya juga lagi seneng, udah gitu emang gak pernah denger si Junaedi ngomong sebelumnya. Yang dia denger cuma kalimat terakhir doang.

“Oh, kue tete.. Hihihi lucu banget namanya.. Tapi emang sih bentuknya mirip tete..,” . Kata si Mona menanggapi ucapan Junaedi.

Junaedi yang emang lagi kesel cuma bisa berpaling sambil setengah teriak sebel.

“Haaah! Herserah!”

Lalu mereka berdua hidup selamanya dan bahagia.

-TAMAT-

Begitulah sejarah awal mula terciptanya kue tete. Berawal dari kisah yang sangat mengharukan antara dua insan yang saling salah paham. Sang lelaki yang bermaksud menyampaikan perasaannya karena dia sedang bete, serta sang perempuan yang salah mendengar dan mengartikan kalau yang sang lelaki bilang adalah kue tete.

Jadi, pesan moral dari kisah ini adalah. Jalinlah komunikasi yang baik dengan pasangan anda, agar supaya tidak jadi salah paham. Sehingga tidak ada lagi tete-tete lainnya.

Sekian, dilarang protes.
 

No comments:

Post a Comment

Manfaat & Peran PMS Bagi Suatu Perusahaan

Hola gan, bre, sist, nes, dan ho.. Apa kabar semuanya.. Semoga baik-baik aja ya.. To d'point aja ya gan. Tadi malam ane ngebuat trit ten...