Tuesday, April 23, 2013

PESAN RASULULLAH SAW UNTUK SEMUA PEMIMPIN

Foto: PESAN RASULULLAH SAW UNTUK SEMUA PEMIMPIN

Istilah “pemimpin” diterjemah dalam bahasa Arab dengan imam.
Imam shalat adalah orang yang dianut gerakannya oleh para makmum. 
Kemudian, siapa pun yang memimpin sekelompok orang layak disebut imam. 
Pemimpin adalah panutan bagi yang dipimpinnya.
Istilah lain dari imam adalah ra’in. 
Ada beberapa peran yang layak disebut sebagai pemimpin karena dituntut pertanggungjawabannya.

Sebuah Hadits shahih menyatakan:
“Hadits riwayat Ibnu Umar ra: dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. 

Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya.
Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang
dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”

Ada beberapa hal yang dapat kita catat dari teks Hadits ini.
Pertama, pemimpin bisa berwujud raja, suami, isteri, bahkan budak sekalipun, sepanjang memiliki sesuatu
yang harus dipertanggungjawabkan.  Dalam konteks sekarang, pemimpin tidak hanya kepala negara atau kepala
daerah, tetapi bisa dari kalangan legislatif atau yudikatif. Pemimpin bisa membawahi sedikit orang. Pemimpin bisa dalam aspek struktur, dan bisa dari aspek kultur.
Kedua, pemimpin adalah pemegang amanah, karenanya ia harus mempertanggungjawabkan perannya.
Ketiga, pemimpin harus menjadi panutan. Banyak pemimpin yang kurang menyadari bahwa tingkah laku dan kebijakan mereka selalu diperhatikan oleh yang dipimpin, rakyat.

-

Sebuah Hadits shahih riwayat Imam Muslim mengingatkan agar orang tidak minta diangkat menjadi pemimpin,
sebagai berikut:
“Hadits riwayat Abu Musa ra, ia berkata:
Aku menemui Nabi saw bersama dua orang lelaki anak pamanku. Seorang dari keduanya berkata: Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah kekuasaanmu yang telah diberikan Allah azza wa jalla! Yang satu lagi juga berkata seperti itu. Lalu, Rasulullah saw. bersabda: Demi Allah, kami
tidak akan mengangkat seorang pun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya” (HR Muslim).

Kandungan Hadits ini sejalan dengan seruan Allah agar umat manusia tidak menyerahkan amanat, termasuk di dalamnya kepemimpinan, kepada orang yang diperkirakan tidak punya kapabilitas. 
Dalam surah An-Nisa [4] ayat 58 disebutkan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyerahkan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (An-Nisa’ [4]: 58).

Ada sebuah Hadits yang penting diperhatikan:

“Hadits riwayat Abu Humaid As-Saidi
ra., ia berkata: Rasulullah saw menugaskan seorang lelaki dari suku Asad yang bernama Ibnu Lutbiah Amru serta Ibnu Abu Umar untuk memungut zakat. Ketika telah tiba kembali, ia berkata: Inilah pungutan zakat itu aku serahkan kepadamu, sedangkan ini untukku yang dihadiahkan kepadaku. Lalu berdirilah Rasulullah saw di atas mimbar kemudian memanjatkan pujian kepada Allah, selanjutnya beliau bersabda: Apakah yang terjadi dengan seorang petugas yang aku utus kemudian dia kembali dengan mengatakan: Ini aku serahkan kepadamu
dan ini dihadiahkan kepadaku! Apakah dia tidak duduk saja di rumah bapak atau ibunya sehingga dia bisa melihat apakah dia akan diberikan hadiah atau tidak. Demi Tuhan Yang jiwa Muhammad berada dalam tangan-Nya! Tidak seorang pun dari kamu yang mengambil sebagian dari hadiah itu, kecuali pada hari kiamat dia akan datang
membawanya dengan seekor unta yang melenguh di lehernya yang akan mengangkutnya atau seekor sapi yang juga melenguh atau seekor kambing yang mengembek. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami dapat melihat warna putih ketiaknya. Kemudian beliau bersabda: Ya Allah, bukankah telah aku sampaikan. Beliau mengulangi dua kali” (Shahih Muslim No.3413).
-

“Hadits riwayat Abu Hurairah ra: Dari Nabi saw beliau bersabda: 
Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya”
(Shahih Muslim No.3428).

-

“Hadits riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw beliau bersabda: 
Kewajiban seorang Muslim adalah mendengar dan taat dalam melakukan perintah yang di sukai atau pun tidak disukai, kecuali bila diperintahkan melakukan maksiat. Bila dia diperintah melakukan maksiat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar serta taat” (Shahih Muslim No.3423).

[catatan oleh : arief ridwan] dgn beberapa editan

-----------------------------------------------------------------------------
# Update Busana Muslim online di ]] GALERI MUSLIMAH MODERN (GMM) <--KLIK--> http://on.fb.me/1460YyF

# Koleksi Batik Eksklusif Couple > http://goo.gl/NMwH5

Istilah “pemimpin” diterjemah dalam bahasa Arab dengan imam.
Imam shalat adalah orang yang dianut gerakannya oleh para makmum. 
Kemudian, siapa pun yang memimpin sekelompok orang layak disebut imam.
Pemimpin adalah panutan bagi yang dipimpinnya.
Istilah lain dari imam adalah ra’in.
Ada beberapa peran yang layak disebut sebagai pemimpin karena dituntut pertanggungjawabannya.

Sebuah Hadits shahih menyatakan:
“Hadits riwayat Ibnu Umar ra: dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin.

Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya.
Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang
dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”

Ada beberapa hal yang dapat kita catat dari teks Hadits ini.
Pertama, pemimpin bisa berwujud raja, suami, isteri, bahkan budak sekalipun, sepanjang memiliki sesuatu
yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam konteks sekarang, pemimpin tidak hanya kepala negara atau kepala
daerah, tetapi bisa dari kalangan legislatif atau yudikatif. Pemimpin bisa membawahi sedikit orang. Pemimpin bisa dalam aspek struktur, dan bisa dari aspek kultur.
Kedua, pemimpin adalah pemegang amanah, karenanya ia harus mempertanggungjawabkan perannya.
Ketiga, pemimpin harus menjadi panutan. Banyak pemimpin yang kurang menyadari bahwa tingkah laku dan kebijakan mereka selalu diperhatikan oleh yang dipimpin, rakyat.

-

Sebuah Hadits shahih riwayat Imam Muslim mengingatkan agar orang tidak minta diangkat menjadi pemimpin,
sebagai berikut:
“Hadits riwayat Abu Musa ra, ia berkata:
Aku menemui Nabi saw bersama dua orang lelaki anak pamanku. Seorang dari keduanya berkata: Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah kekuasaanmu yang telah diberikan Allah azza wa jalla! Yang satu lagi juga berkata seperti itu. Lalu, Rasulullah saw. bersabda: Demi Allah, kami
tidak akan mengangkat seorang pun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya” (HR Muslim).

Kandungan Hadits ini sejalan dengan seruan Allah agar umat manusia tidak menyerahkan amanat, termasuk di dalamnya kepemimpinan, kepada orang yang diperkirakan tidak punya kapabilitas.
Dalam surah An-Nisa [4] ayat 58 disebutkan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyerahkan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (An-Nisa’ [4]: 58).

Ada sebuah Hadits yang penting diperhatikan:

“Hadits riwayat Abu Humaid As-Saidi
ra., ia berkata: Rasulullah saw menugaskan seorang lelaki dari suku Asad yang bernama Ibnu Lutbiah Amru serta Ibnu Abu Umar untuk memungut zakat. Ketika telah tiba kembali, ia berkata: Inilah pungutan zakat itu aku serahkan kepadamu, sedangkan ini untukku yang dihadiahkan kepadaku. Lalu berdirilah Rasulullah saw di atas mimbar kemudian memanjatkan pujian kepada Allah, selanjutnya beliau bersabda: Apakah yang terjadi dengan seorang petugas yang aku utus kemudian dia kembali dengan mengatakan: Ini aku serahkan kepadamu
dan ini dihadiahkan kepadaku! Apakah dia tidak duduk saja di rumah bapak atau ibunya sehingga dia bisa melihat apakah dia akan diberikan hadiah atau tidak. Demi Tuhan Yang jiwa Muhammad berada dalam tangan-Nya! Tidak seorang pun dari kamu yang mengambil sebagian dari hadiah itu, kecuali pada hari kiamat dia akan datang
membawanya dengan seekor unta yang melenguh di lehernya yang akan mengangkutnya atau seekor sapi yang juga melenguh atau seekor kambing yang mengembek. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami dapat melihat warna putih ketiaknya. Kemudian beliau bersabda: Ya Allah, bukankah telah aku sampaikan. Beliau mengulangi dua kali” (Shahih Muslim No.3413).
-

“Hadits riwayat Abu Hurairah ra: Dari Nabi saw beliau bersabda:
Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya”
(Shahih Muslim No.3428).

-

“Hadits riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw beliau bersabda:
Kewajiban seorang Muslim adalah mendengar dan taat dalam melakukan perintah yang di sukai atau pun tidak disukai, kecuali bila diperintahkan melakukan maksiat. Bila dia diperintah melakukan maksiat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar serta taat” (Shahih Muslim No.3423).

No comments:

Post a Comment

Manfaat & Peran PMS Bagi Suatu Perusahaan

Hola gan, bre, sist, nes, dan ho.. Apa kabar semuanya.. Semoga baik-baik aja ya.. To d'point aja ya gan. Tadi malam ane ngebuat trit ten...